Pelanpelan aku perhatikan wajah pocong tersebut, ternyata itu bukan pocong benaran yang tak lain dan tak bukan dia adalah panitia mudabbir yang jadi pocong-pocongan. Setelah melewati beberapa tantangan serta rintangan akhirnya aku tiba digaris finish dengan selamat dan bangga karena telah selesai mengikuti kegiatan uji mental.
PUISI Aku Bangga Jadi Orang Indonesia by nopitri wahyuni 7/05/2014 05:43:00 AM 0 comments KARYA PUISI SASTRA SOSIAL. Nb: Ini puisi agaknya gw terlalu ngawur. gw terlalu kebawa sama aromanya Penyair Taufik Ismail (mungkin karna nge-fans). tp gak papa. sebagai koleksi tak terlihat. Indonesia punya cerita multikultural bangsa di sela- sela
Akubangga Indonesia, benar-benar kaya, kreasi seni budaya, dengan ratusan juta jiwa rakyatnya, yang senantiasa ringan bekerja, menyanyikan lagu-lagu semesta Aku bangga Indonesia, walau pernah terjajah, tapi akhirnya bisa merdeka, mimpi-mimpi yang tercipta, membangun Indonesia, mewujudkan masyarakat adil, makmur merata, mencerdaskan kehidupan
Vay Tiền Nhanh. Aku Bangga IndonesiaOdi Shalahuddin Aku bangga Indonesia, tanah air beta, luas wilayahnya, dengan kekayaan luar biasa, bila terbagi merata maka makmurlah rakyatnya,Aku bangga Indonesia, dengan bermacam suku bangsa, dan ragam bahasa, hidup damai bersama, menjunjung tinggi bhineka tunggal ika,Aku bangga Indonesia, benar-benar kaya, kreasi seni budaya, dengan ratusan juta jiwa rakyatnya, yang senantiasa ringan bekerja, menyanyikan lagu-lagu semestaAku bangga Indonesia, walau pernah terjajah, tapi akhirnya bisa merdeka, mimpi-mimpi yang tercipta, membangun Indonesia, mewujudkan masyarakat adil, makmur merata, mencerdaskan kehidupan bangsa,Aku bangga, benar-benar bangga, Indonesia, Indonesia, Indonesia Raya, dari berbagai cerita dan apa yang terbaca, sejak kecil hingga SMA, tertanam di dalam kepala, bangkitkan asa, kelak berbuat untuk bangsa dan Negara tercintaAku bangga, aku bangga, aku bang……ga… ga….ga…sebentar, se..ben…tar… tiba-tiba saja aku terkesima dengan mulut menganga seakan tak percaya, tubuh panas-dingin, sesak dada, seakan hendak meledak isi kepala, ini benar-benar nyata?Indonesia tanah air beta, luas wilayahnya tak terjaga, lalu senangnya salahkan tetanggaIndonesia kaya raya, jutaan orang menderita, berebut rejeki, mempertaruhkan nyawaIndonesia bangsa ber-bhineka, yang kehilangan tunggal ika, akhirnya konflik merajalelaUsang sudah berbagai cerita, hanya menjadi kisah tanpa makna, yang beterbangan sekedar melintas di kepala dan telinga, sedang anak-anak lebih suka berfantasi dalam dunia mayaAku tetap bangga Indonesia, kuyakin kau pun juga, sendiri bukan apa-apa, pastilah kuat bila bersama, dalam karya dan kerja, selain bicaraBukanlah kejahatan mempersoalkan para penguasa bila bersekutu dengan pengusaha dan para mafia, mengeruk kekayaan indonesia, tapi bukan lagi kita si empunya, tidak mendapat apa-apa, justru sering menjadi tumbal belakaBukanlah kejahatan mempersoalkan para wakil kita, yang telah mendapat fasilitas di atas rata-rata, tetapi hanya tidur saja, ketika memperbincangkan dan mengambil keputusan tentang nasib bangsa dan NegaraBukanlah kejahatan membongkar pelaku tukang jebol uang Negara, siapapun mereka, yang hanya mementingkan kroni-kroninya, tanpa peduli jutaan jiwa, yang terus saja bekerja, tapi tak berubah nasib hidupnyaBukanlah kejahatan menuntut secara terbuka, pengusutan dan penyelesaian berbagai kisah duka, tentang melayangnya nyawa-nyawa, tentang hilangnya orang-orang yang berani bicaraAku bangga, kau juga tentunya bangga, memang kita tak bisa menutup mata, selayaknyalah terus bicara dan bekerja, membangun bangsa dan Negara, dimulai dari apa yang kita bisa, tak sungkan berhadapan dengan penguasa, pengusaha dan para mafia, ini Negara kita si empunya, yakinkan saja, ini bukan bualan belaka, ayo segera kita coba…..Yogyakarta, 14 September 2010
Aku bangga Indonesia, tanah air beta, luas wilayahnya, dengan kekayaan luar biasa, bila terbagi merata maka makmurlah rakyatnya, Aku bangga Indonesia, dengan bermacam suku bangsa, dan ragam bahasa, hidup damai bersama, menjunjung tinggi bhineka tunggal ika, Aku bangga Indonesia, benar-benar kaya, kreasi seni budaya, dengan ratusan juta jiwa rakyatnya, yang senantiasa ringan bekerja, menyanyikan lagu-lagu semesta Aku bangga Indonesia, walau pernah terjajah, tapi akhirnya bisa merdeka, mimpi-mimpi yang tercipta, membangun Indonesia, mewujudkan masyarakat adil, makmur merata, mencerdaskan kehidupan bangsa, Aku bangga, benar-benar bangga, Indonesia, Indonesia, Indonesia Raya, dari berbagai cerita dan apa yang terbaca, sejak kecil hingga SMA, tertanam di dalam kepala, bangkitkan asa, kelak berbuat untuk bangsa dan Negara tercinta Aku bangga, aku bangga, aku bang……ga… ga….ga… sebentar, se..ben…tar… tiba-tiba saja aku terkesima dengan mulut menganga seakan tak percaya, tubuh panas-dingin, sesak dada, seakan hendak meledak isi kepala, ini benar-benar nyata? Indonesia tanah air beta, luas wilayahnya tak terjaga, lalu senangnya salahkan tetangga Indonesia kaya raya, jutaan orang menderita, berebut rejeki, mempertaruhkan nyawa Indonesia bangsa ber-bhineka, yang kehilangan tunggal ika, akhirnya konflik merajalela Usang sudah berbagai cerita, hanya menjadi kisah tanpa makna, yang beterbangan sekedar melintas di kepala dan telinga, sedang anak-anak lebih suka berfantasi dalam dunia maya Aku tetap bangga Indonesia, kuyakin kau pun juga, sendiri bukan apa-apa, pastilah kuat bila bersama, dalam karya dan kerja, selain bicara Bukanlah kejahatan mempersoalkan para penguasa bila bersekutu dengan pengusaha dan para mafia, mengeruk kekayaan indonesia, tapi bukan lagi kita si empunya, tidak mendapat apa-apa, justru sering menjadi tumbal belaka Bukanlah kejahatan mempersoalkan para wakil kita, yang telah mendapat fasilitas di atas rata-rata, tetapi hanya tidur saja, ketika memperbincangkan dan mengambil keputusan tentang nasib bangsa dan Negara Bukanlah kejahatan membongkar pelaku tukang jebol uang Negara, siapapun mereka, yang hanya mementingkan kroni-kroninya, tanpa peduli jutaan jiwa, yang terus saja bekerja, tapi tak berubah nasib hidupnya Bukanlah kejahatan menuntut secara terbuka, pengusutan dan penyelesaian berbagai kisah duka, tentang melayangnya nyawa-nyawa, tentang hilangnya orang-orang yang berani bicara Aku bangga, kau juga tentunya bangga, memang kita tak bisa menutup mata, selayaknyalah terus bicara dan bekerja, membangun bangsa dan Negara, dimulai dari apa yang kita bisa, tak sungkan berhadapan dengan penguasa, pengusaha dan para mafia, ini Negara kita si empunya, yakinkan saja, ini bukan bualan belaka, ayo segera kita coba….. Yogyakarta, 14 September 2010
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tak terbayangkan jika aku lahir pada era penjajahan Belanda. Mungkin saat itu aku bisa membanggakan bahwa aku terlahir dari golongan ningrat yang bisa bersekolah tinggi dan bergabung dengan Ibu Kartini dalam memperjuangkan persatuan bangsa. Karena sosok Kartini, selain sebagai pahlawan emansipasi wanita, Ibu Kartini adalah seorang perintis ide persatuan sebelum Budi Utomo.* Namun, iya kalau aku lahir dari orang tua yang bergelar Kanjeng Raden Tumenggung. Kalau tidak? Aku tak bisa membanggakan apa pun yang bisa aku buat. Bersyukur aku lahir di era yang telah jauh dari masa penjajahan Belanda. Dengan demikian aku bisa dengan leluasa mengabdikan diriku seutuhnya tanpa memandang kasta, sebab adat feodal hanya bergaung pada masa penjajahan Belanda. Dialah yang menciptakan gap antara golongan ningrat dan rakyat biasa. Bersyukur aku diwarisi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa, ketika Sumpah Pemuda berkumandang. Bahasa Indonesia selayaknya menjadi bahasa yang lebih daripada sekadar bahasa persatuan. Saat kita sebagai Bangsa Indonesia menggunakan bahasanya dengan baik dan benar, maka saat itu pula kita sebenarnya telah menghargai apa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan pendiri bangsa ini. Bahasa Indonesia dimaknai sebagai pemikiran dan nafas lembut dari para pendahulu kita. Lihatlah, betapa bahasa kita ini sangat mulia. Mulia mempersatukan berbagai adat istiadat, bahasa daerah, golongan, dan suku yang terdapat di Indonesia tercinta ini. Dengan rasa haru penuh kebanggaan, aku senantiasa berharap agar generasi bangsa ini tetap menjunjung tinggi bahasa persatuan ini. Dengan tidak menggunakan bahasa alay yang malah semakin sulit dimengerti. Meski sedang dilanda demam Korea, dan sedang dilanda dengan apa yang dinamakan bahasa gaul, namun alangkah terpujinya kita jika tetap menyayangi Bahasa Indonesia. Meskipun kita pandai berbahasa asing lebih dari 5 bahasa sebagai tuntutan dari era globalisasi, namun tetap berbahasa ibu dengan baik akan lebih memancarkan jati diri bangsa pada diri kita. Menggunakan bahasa persatuan ini dengan sebaik-baiknya sebagai rasa hormat dan cinta kepada negeri nan elok ini. Sebagai rasa terima kasih atas segenap nafas yang telah diperoleh di negeri penuh pesona ini. Aku jadi teringat kepada salah seorang guru sewaktu aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, ia pernah berkata bahwa kita tidak perlu minder saat bertemu dengan wisatawan asing yang tentu saja fasih berbahasa asing miliknya. Justeru wisatawan asing itulah yang seharusnya belajar Bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum mereka menginjakkan kakinya di sini. Dengan demikian, Bahasa Indonesia akan semakin banyak digunakan oleh orang-orang asing yang berwisata ke Indonesia. Mari melestarikan bahasa persatuan ini dengan semangat penghargaan bagi para pahlawan kita yang dengan jerih payahnya; darah dan keringatnya yang tertumpah, juga air matanya demi membela negeri ini dengan sepenuh ketulusan jiwanya. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan santun serupa menghidupkan kembali semangat Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan dengan kesungguhan hati. * Kaum muda, wanita, dan pria, seyogyanya menyatukan langkah. Sendiri-sendiri mereka memang bisa berbuat sesuatu untuk mengangkat martabat bangsa. Namun, jika kita semua bersatu, menyatupadukan kekuatan kita dan bekerja sama, ... buah pekerjaan kita akan jauh lebih besar. Dalam Persatuan terletak Kekuatan dan Kekuasaan! Surat kepada Stella - 30 September 1901. *** Sumber referensi dari buku berjudul Kartini sebuah biografi, rujukan figur pemimpin teladan Penulis Sitisoemandari Soeroto, Myrtha Soeroto, 2011. Sumber gambar Lihat Bahasa Selengkapnya
puisi aku bangga berbahasa indonesia